Tiap hari, geng motor serta preman, dan perang kelompok terus terjadi di sejumlah Kecamatan di Kota Makassar. Sehingga masyarakat makin resah dan Kota Makassar kini tak aman.
Sudah tiga tahun terakhir, aksi geng motor terus saja melakukan penyerangan, perusakan dan bahkan melakukan perampokan di minimarket serta warung-warung yang ramai dikunjungi masyarakat.
Namun hingga kini, aparat kepolisian terkesan tak sanggup memberantas aksi geng motor tersebut. Tak sedikit, korban geng motor pun dilukai karena melakukan perlawanan.
Sementara itu, aksi premanisme pun terus saja menghantui masyarakat Kota Makassar. Ironisnya, beberapa wilayah publik telah dikuasai kelompok preman tertentu. Seperti diantaranya, Pantai Losari telah dikuasai oleh beberapa kelompok preman.
Kelompok preman itu pun tiap hari melakukan pemerasan terhadap pengunjung Pantai Losari dengan modus sewa parkir kendaraan. Tetapi, tarif yang dipasang para kelompok preman melebihi ketentuan pemerintah.
Tarif parkir motor Rp 5.000 dan tarif parkir mobil Rp 10.000. Jika pengunjung Pantai Losari tidak memenuhi tarif yang ditentukan, maka kelompok preman itu pun tak segan-segan melakukan aksi kekerasan dan kriminalitas.
Tak sedikit pula warga Makassar maupun wisatawan luar menjadi korban. Ironisnya lagi, Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto hanya menyaksikan tiap hari pemandangan itu di depan rumah jabatannya di Jalan Penghibur, Makassar.
Warga Makassar pun tiap hari diganggu dengan terjadinya perang kelompok di sejumlah wilayah di Kota Makassar. Adapun, perang kelompok yang terjadi di Jalan Abubakar Lambogo, Jalan Jalahong Daeng Mattutu, Jalan Dangko, Jalan Gotong Royong, Jalan Muhammad Yamin, Jalan Kandea, Jalan Sungai Saddang Baru.
Sudah puluhan rumah warga rusak terkena lemparan batu dan bom molotov, puluhan warga dan aparat kepolisian terkena panah. Para pelaku perang kelompok ini terkesan tidak takut dengan aparat kepolisian yang datang ke lokasi kejadian untuk mengamankan situasi.
Para pelaku perang kelompok ini pun menyerang aparat kepolisian dengan menggunakan batu dan panah. Ramdhan Pomanto yang coba dikonfirmasi via telepon selularnya, Rabu (27/8/2014) tak memberikan respons.
Sementara itu, Kabag Humas Pemerintah Kota Makassar, Andi Tenri A Palallo enggan berkomentar dengan alasan takut salah bicara.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Sulselbar, Komisaris Besar (Kombes) Polisi Endi Sutendi yang dikonfirmasi mengatakan, permasalahan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) adalah tanggungjawab bersama.
Dia berharap, semua pihak ikut menyelesaikan permasalahan geng motor, preman, perang kelompok dan kejahatan lainnya yang terus menghantui Kota Makassar tiap hari.
"Dibutuhkan peran serta semua pihak menciptakan situasi yang aman serta nyaman bagi masyarakat. Kami yakin, jika dilaksanakan secara terpadu bisa lebih mudah mengantisipasi gangguan Kamtibmas seperti geng motor, premanisme dan tawuran kelompok maupun kejahatan jalanan lainnya," kata dia.
Dalam hal ini, lanjut Endi, dia berharap peran pendidik, tokoh agama, tokoh masyarakat, RT/RW, Lurah, Camat, Pemerintah Kota meningkatkan sistem keamanan lingkungan (Siskamling). "Pada prinsipnya, jajaran Polda Sulselbar akan terus berupaya menciptakan Kamtibas yang kondusif melalui upaya preemtif seperti memberdayakan masyarakat. Polisi juga terus meningkatkan patroli dan keberadaan petugas di tempat-tempat rawan perkelahian kelompok," papar dia.
Endi menegaskan, terkait aksi geng motor, preman, pelaku perang kelompok dan tindak kejahatan lainnya, polisi tetap mengambil tindakan tegas dengan menempuh jalur hukum. "Polisi masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap kasus-kasus tersebut dan menangkap para pelakunya," tegas Endi. (http://regional.kompas.com/)
Sudah tiga tahun terakhir, aksi geng motor terus saja melakukan penyerangan, perusakan dan bahkan melakukan perampokan di minimarket serta warung-warung yang ramai dikunjungi masyarakat.
Namun hingga kini, aparat kepolisian terkesan tak sanggup memberantas aksi geng motor tersebut. Tak sedikit, korban geng motor pun dilukai karena melakukan perlawanan.
Sementara itu, aksi premanisme pun terus saja menghantui masyarakat Kota Makassar. Ironisnya, beberapa wilayah publik telah dikuasai kelompok preman tertentu. Seperti diantaranya, Pantai Losari telah dikuasai oleh beberapa kelompok preman.
Kelompok preman itu pun tiap hari melakukan pemerasan terhadap pengunjung Pantai Losari dengan modus sewa parkir kendaraan. Tetapi, tarif yang dipasang para kelompok preman melebihi ketentuan pemerintah.
Tarif parkir motor Rp 5.000 dan tarif parkir mobil Rp 10.000. Jika pengunjung Pantai Losari tidak memenuhi tarif yang ditentukan, maka kelompok preman itu pun tak segan-segan melakukan aksi kekerasan dan kriminalitas.
Tak sedikit pula warga Makassar maupun wisatawan luar menjadi korban. Ironisnya lagi, Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto hanya menyaksikan tiap hari pemandangan itu di depan rumah jabatannya di Jalan Penghibur, Makassar.
Warga Makassar pun tiap hari diganggu dengan terjadinya perang kelompok di sejumlah wilayah di Kota Makassar. Adapun, perang kelompok yang terjadi di Jalan Abubakar Lambogo, Jalan Jalahong Daeng Mattutu, Jalan Dangko, Jalan Gotong Royong, Jalan Muhammad Yamin, Jalan Kandea, Jalan Sungai Saddang Baru.
Sudah puluhan rumah warga rusak terkena lemparan batu dan bom molotov, puluhan warga dan aparat kepolisian terkena panah. Para pelaku perang kelompok ini terkesan tidak takut dengan aparat kepolisian yang datang ke lokasi kejadian untuk mengamankan situasi.
Para pelaku perang kelompok ini pun menyerang aparat kepolisian dengan menggunakan batu dan panah. Ramdhan Pomanto yang coba dikonfirmasi via telepon selularnya, Rabu (27/8/2014) tak memberikan respons.
Sementara itu, Kabag Humas Pemerintah Kota Makassar, Andi Tenri A Palallo enggan berkomentar dengan alasan takut salah bicara.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Sulselbar, Komisaris Besar (Kombes) Polisi Endi Sutendi yang dikonfirmasi mengatakan, permasalahan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) adalah tanggungjawab bersama.
Dia berharap, semua pihak ikut menyelesaikan permasalahan geng motor, preman, perang kelompok dan kejahatan lainnya yang terus menghantui Kota Makassar tiap hari.
"Dibutuhkan peran serta semua pihak menciptakan situasi yang aman serta nyaman bagi masyarakat. Kami yakin, jika dilaksanakan secara terpadu bisa lebih mudah mengantisipasi gangguan Kamtibmas seperti geng motor, premanisme dan tawuran kelompok maupun kejahatan jalanan lainnya," kata dia.
Dalam hal ini, lanjut Endi, dia berharap peran pendidik, tokoh agama, tokoh masyarakat, RT/RW, Lurah, Camat, Pemerintah Kota meningkatkan sistem keamanan lingkungan (Siskamling). "Pada prinsipnya, jajaran Polda Sulselbar akan terus berupaya menciptakan Kamtibas yang kondusif melalui upaya preemtif seperti memberdayakan masyarakat. Polisi juga terus meningkatkan patroli dan keberadaan petugas di tempat-tempat rawan perkelahian kelompok," papar dia.
Endi menegaskan, terkait aksi geng motor, preman, pelaku perang kelompok dan tindak kejahatan lainnya, polisi tetap mengambil tindakan tegas dengan menempuh jalur hukum. "Polisi masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap kasus-kasus tersebut dan menangkap para pelakunya," tegas Endi. (http://regional.kompas.com/)
Komentar
Posting Komentar