Esai
ini ada di WARTA KOTA, 28 Juli 2015, halaman 7
Banyak orang merasa senang bukan main tatkala tiba-tiba
datang sapaan akrab dari seorang kawan yang telah lama tidak bersua. Perbincangan
acap langsung melayang ke kenangan manis-getir masa silam. Pun begitu saat aku
beberapa waktu lalu disapa seorang kawan lama yang kini sudah mapan pada
jabatan di institusi kebanggaan negeri.
Beberapa tahun lampau, aku sempat bersua kawan lama ini
dalam satu perbincangan penulisan makalah yang hendak dipersyaratkan buat
kenaikan pangkat dan jabatan. Perbincangan sekali waktu itu tak membuahkan
kesepakatan untuk saling-bantu menulis makalah. Sayang pula, aku tak sempat
meminta nomor ponsel kawan lama ini.
Suatu siang, tiba-tiba seseorang meneleponku. Dengan
sedikit tebak-tebakan, dia berkata: “Masih ingat gak, kawan lama di ... (dia
sebut sebuah institusi penegak hukum).”
Aku sedikit memutar memori, kurasa-rasa suaranya,
langsung teringat seorang adik angkatan semasa kuliah. Lantas nyambung
perbincangan agak akrab.
Si kawan lama ini langsung berbicara pada pokok
persoalan. Bahwa dia saat itu tengah cuti dan berada di Tanjung Priok, Jakarta
Utara, mengikuti lelang barang-barang elektronik tak bertuan. Dia lantas
menawarkan laptop dengan harga miring, dia sebut satu merek (yang di pasaran
harganya sekitar Rp6 juta) dengan harga Rp2 juta. Aku langsung pesan satu unit.
Gelagat tipu-tipu mulai muncul namun tak kurasakan. Dia
minta transfer uang langsung ke rekeningnya. Spontan aku berkata, “Ada barang
ada uang.”
Dia pun mengerti. “Ok, barang saya dikurangi agar bisa
mengambil pesananmu,” ujarnya. Tak berapa lama lalu kawan ini minta transfer
pulsa untuk empat orang (@ Rp100 ribu) penjaga gudang lelang.
Bagai lembu dicocok hidungnya, aku penuhi permintaan
itu. Setelah berhasil transfer, kawan lama ini minta dua lagi. Di sini aku
mulai curiga, aku tidak bersedia transfer lagi, memangnya berapa banyak penjaga
gudang lelang.
Kecurigaanku terbukti meski terlambat. Setelah itu
komunikasi terputus, aku kehilangan pulsa ratusan ribu rupiah. Dan setelah cari
info, kawan lama yang sesungguhnya mengaku tak pernah ada urusan dengan lelang
barang Tanjung Priok.
Rupanya aku tidak sendirian jadi korban modus semacam
ini. Beberapa kawan juga pernah mengalami modus “sapaan kawan lama” ini. Dan
modus ini semakin melengkapi berbagai modus tipu-tipu lewat ponsel: mama minta
pulsa, nomor rek Anda memenangkan hadiah (dilengkapi dengan blog seolah-olah
sebuah even serius), dan sms ihwal kabar anak ditangkap polisi.
Di tengah krisis ekonomi yang nyaris tiada asa kapan
berakhir, orang semakin kreatif mengembangkan modus tipu-tipu. Bahkan, tak
sedikit yang semakin canggih dengan membuka blog, misalkan: blog pesta hadiah
ultah sebuah bank dan blog pesta bonus sebuah operator telepon. Waspadalah!
Budi
N. Soemardji
Orang
pinggiran Bekasi
Komentar
Posting Komentar