Pria kelahiran Madura, Jawa Timur, 5 Maret 1946 tersebut sering melihat kebiasaan ayahnya yang gemar menembak, dan melakukan serangkaian aktivitas fisik. Ia pun aktif di pramuka semasa sekolah.
Karena itu, ia tertarik menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisisan (PTIK) “Bapak menginginkan saya masuk kepolisisan, dan kebetulan, saya memang suka dengan profesi itu sewaktu kecil. Dan sudah cita-cita saya ingin menjadi polisi.” Tuturnya.
Jabatan pertama yang diemban Roesman setelah lulus PTIK adalah Irdin Res 86 Bandung Polda Jabar pada tahun 1969, kemudian meningkat terus hingga jabatan terakhir sebagai Staf Ahli Menhankam Bidang Kamtibmas yang diembannya sejak 15 Oktober 1997.
Roesman juga pernah menjabat Wakapolda Kalbar pada tahun 1991, Wakapolda Jatim pada tahun 1992, Kapolda Sumatera Utara pada tahun 1993, Kapolda Jatim pada tahun 1995, Demin Kapolri pada tahun 1996.
Pensiun di usia 54 tahun, Roesman masih ingin aktif dengan kegiatan lain. Akhirnya ia kuliah lagi, dan mengambil S2 jurusan Marketing di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Teman-teman Roesman banyak yang tak mendukung, mengingat usia Roesman yang sudah tak lagi muda.
“Ketika itu, teman-teman mengatakan, apalagi yang bapak cari. Lalu saya jelaskan bahwa saya masih ingin tantangan baru lagi.” katanya.
Akhirnya ia membuka kantor pengacara di wilayah Jakarta Selatan. Tak hanya itu, ia juga membantu usaha anaknya yang bergerak di bidang security.
“Saya hanya berpikir, kalau orang lain bisa,kenapa saya tidak bisa.” Ujarnya.
Kembangkan Hobi
Tak hanya mengembangkan talentanya di bidang hukum, Roesman semakin aktif menggeluti berbagai hobi untuk kegiatannya di masa pensiun.
Jiwa petualangannya membuatnya mampir mengunjungi berbagai pelosok di Indonesia dengan mobil besar untuk memuaskan hasrat off road nya.
Kaku nya susasana di kantor kepolisisan, ditebasnya dengan bergabung di Indonesia Off Road Federation (IOF). Sebuah wadah bagi para penggemar off road.
Berbagai rintangan di lapangan, seperti becek, lumpur, jalan berkubang, jalan rusak, hingga rindangnya hutan, berhasil ia tebas dengan mobil off road nya.
“Saya memang senang bertualang. Pada waktu sibuk sebagai Kapolri, kan tidak ada waktu untuk bertualang seperti itu. “ terangnya.
Jiwa petualangannya mulai muncul ketika ia ditugaskan ke Irian Jaya dan Timor-Timur selama hampir tiga tahun lamanya.
Ketika menjabat, ia sering mengadakan kunjungan dan melihat kondisi kehidupan masyarakat di daerah sana.
Lantas, ketika dirinya aktif di IOF, ia tak ragu lagi untuk menembus semua lintasan jalan di berbagai daerah, yang sulit dilalui oleh kendaraan lain.
“ Dengan adanya medan-medan yang berat itu, kepuasan terasa apabila kita berhasil menyelesaikan track-track itu dengan baik. “ terangnya.
Sebagai ketua IOF, Roesman ingin memperkenalkan indahnya alam Indonesia kepada wisatawan mancanegara, terutama para off roader, sebutan bagi para penggemar off road.
“Indonesia memiliki banyak potensi. Saya ingin meperkenalkan Indonesia lebih banyak lagi kepada orang luar.
Di IOF, Roesman dan kawan-kawan sempat menyelenggarakan event Borneo Equator. Yaitu event yang mengundang para tamu dari luar negeri, diantaranya, dari Perancis, Italia, dan Amerika. Mereka bergabung untuk menembus jalan-jalan equator di Borneo.
Sukses berkat Duit
Kesuksesan yang diraih pria kharismatik ini tak lain berkat motto yang selalu diterapkannya.
Roesman memiliki sebuah motto yang ia sebut Duit, yang tak lain adalah kepanjangan dari doa, usaha, iman, dan taqwa.
“Kepuasan saya bisa membantu orang lain, seperti menolong warga Padang ketika diguncang gempa.” Katanya.
Takaran kesuksesannya juga sederhana. Roesman merasa sukses ketika ia berhasil dalam suatu kegiatan.
“Saya sebagai polisi, saya bisa menjadi Kapolri, berarti saya sukses. Saya bukan mantan ajudan. Saya menganggap sesuatu itu suatu tantangan, dan tantangan itu melahirkan motivasi buat saya. Bahwa saya harus menjadi yang terbaik.” Katanya mengenai kesuksesan di matanya.
Komentar
Posting Komentar