Jenderal Sutanto (PERSDA/BIAN HARNANSA)
Sambil menunggu hujan reda, penulis mengobrol dengan dua laki-laki di sebuah warung kecil di pinggiran jalan menuju rumah. Seorang laki-laki 70-an bernama Pak Atang dan satu lagi laki-laki gempal berusia 40-an bertato Pak Gamuk. Pembicaraan dua laki-laki ini sangat hangat, penulis hanya sesekali menimpali. Salah satu pembicaraan yang menarik adalah cerita dari Pak Atang yang sudah banyak makan asam garam dan menjadi saksi sejarah kota ini.
Pak Atang bercerita bahwa dulu daerah ini seperti "Texas," setiap hari ada saja berita preman mati terbunuh. Pernah suatu kampung di serbu pendatang dari Suku M, karena di kampung itu sebelumnya seorang pencuri tertangkap tangan masyarakat, pencuri itu dipukulin hingga meninggal. Ternyata pencuri itu adalah warga suku M yang mendominasi kampung sebelah. Penyerbuan itu membuat kampung mencekam, banyak rumah yang dirusak massa. Malamnya salah seorang penduduk kampung ditemukan terburai usus perutnya dipinggir jalan. Pernah juga suku F terlibat perkelahian dengan suku J, yang diawali oleh pemukulan oleh suku J terhadap suku F. Suku F yang terkenal kompak, datang menyerbu kampung itu dengan dua truk dan merusak rumah pelaku pemukulan. Untungnya pelaku sudah kabur duluan membawa keluarganya balik kampung ke J. Pak Gamuk juga ikut bercerita bahwa dulunya di setiap gang di kota ini selalu ada anak-anak muda berkumpul mabuk-mabukan. Jika ada anak gadis yang " kesasar" lewat sendirian tengah malam, maka sudah pasti tak selamat, diperkosa bahkan "hilang" tak balik ke rumah. Nah, keadaan mulai berubah sejak tahun 2005 ketika Kapolri dijabat oleh Jenderal Polisi Sutanto kata Pak Atang. Menurut pak Atang "panas" nya kota pada waktu itu pemicu nya adalah judi dan peredaran narkoba serta minuman keras yang tak terkontrol. Setelah Jenderal Sutanto mencanangkan pemberantasan judi dan anrkoba serta miras maka diseluruh kota dan daerah banyak para preman yang ditangkapi. Preman-preman kota yang sering berkumpul dan mabuk-mabukan di setiap gang mulai berkurang bahkan sudah tak ada sama sekali. Sekarang masyarakat sudah leluasa pulang malam. Perkelahian antar suku, antar kampung sudah tak ada lagi. Saya tercenung, harum sekali nama Polisi Sutanto ini dimasyarakat, hingga penulis tertarik menelusurinya di Google. Setelah saya mengunjungi beberapa blog dan situs yang menceritakan perjalanan karir Jenderal Polisi Sutanto saya menyimpulakan bahwa beliau satu-satunya kapolri tersukses sepanjang karirnya. Semenjak beliau diangkat menjadi kapolri oleh Presiden SBY pada 7 Juli 2005- 30 September 2008 banyak perubahan positif yang beliau buat di ranah penegakkan hukum di Indonesia. Ketika pertama kali menjabat beliau berjanji dengan tegas dan konsisten menindak 4 jenis kejahatan yaitu (1) kejahatan yang merugikan kekayaan negara seperti korupsi, illegal logging, illegal mining dan penyelundupan. (2) kejahatan yang berdampak luas terhadap masyarakat seperti judi dan narkoba. (3) kejahatan yang meresahkan masyarakat seperti kejahatan jalanan dan kejahatan oleh kawanan bandit. Dan (4) segala pelanggaran lalu lintas yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas, ketidaktertiban dan kemacetan. Hasil dari komitmennya itu adalah beliau berhasil menghapus judi di masyarakat, bahkan sampai ke pelosok desa, penulis pernah mendengar cerita pada saat gencarnya polisi memberantas judi, kepala desa kami bersama 8 orang warga di kampung pernah diproses polisi karena kedapatan bermain kartu dan domino dengan barang bukti beberapa lembar uang Rp. 5000,- an. Sejak saat itu mulai berkurang terdengar bunyi "hempasan" batu dumino disetiap kedai. Begitu juga dengan preman-preman yang sering mangkal di jalanan yang sering melakukan pemerasan dan mabuk-mabukan. Kemudian sukses lain beliau adalah ketika Datasemen 88 anti teror mabes polri berhasil membunuh gembong teroris Dr. Azhari di Kota Batu, Malang. Prestasi lain adalah berhasilnya Polri menggerebek sebuah pabrik ekstasi dan sabu-sabu berskala terbesar ketiga dunia di Jalan Raya Cikande KM 18, Serang, Banten. Kasus lainnya adalah penyelesaian kasus penyuapan saat penanganan kasus pembobolan Bank BNI, dengan tersangka Brigjen Ismoko Komisaris Besar Irman Santosa dan Komisaris Jendral Suyitno Landung. Polri pada saat kepemimpin beliau mendapat pujian baik dalam maupun luar negeri. Maka tidaklah heran sahabat seangkatan beliau Presiden SBY menggelari beliau big bang judi, big bang narkoba dan big bang teroris dan sejumlah big bang lainnya. Jenderal Polisi (Purn) Sutanto salah satu polisi yang terkenal jujur, bersih dan bertangan dingin serta tak banyak bicara ini dikenal sebagai polisi yang sangat dekat dengan bawahan dan sangat dibenci oleh para mafia judi, mafia jalanan dan oknum di lingkungan Polri sendiri yang terlibat tindak kejahatan seperti korupsi dan suap. Semoga kedepan banyak penegak hukum yang bekerja tanpa "pandang bulu" seperti beliau ini, bukan hanya sekedar omongan doang. Terakhir, saat ini menurut informasi beliau bergabung dengan MNC Group menggantikan Joko Laksono Sugianto, sebagai Komisaris Independen MNC Group.
sumber: http://www.kompasiana.com/
Komentar
Posting Komentar