Mendapat
gelar doktor bagi seorang polisi merupakan suatu kebanggaan. Perasaan
itu yang dialami Kombespol Dr Juansih. Anggota polwan yang kini bertugas
di Mabes Polri tersebut baru menyandang gelar itu dari Universitas
Airlangga, Surabaya. Hal tersebut semakin membanggakan karena dia adalah
satu-satunya polwan di Mabes Polri yang meraih gelar doktor.
BISA jadi, Jumat
kemarin (20/3/2015) menjadi hari bersejarah bagi Juansih. Gedung Pascasarjana
Universitas Airlangga juga turut menjadi saksi penobatan dirinya sebagai
seorang doktor bidang peningkatan sumber daya manusia.
Lebih dari dua jam
yang diberikan dosen penguji untuk memaparkan hasil disertasinya itu adalah
masa yang menegangkan. Materi yang mengangkat tema Pengaruh Optimalisasi
Pengembangan Sumber Daya Manusia Setingkat Polmas dalam Bentuk Diklat, Transfer
Knowledge, dan Capacity
Building itu
disampaikan secara tegas.
Juansih
menjelaskan bahwa objek penelitiannya adalah Polrestabes Surabaya. Selama lebih
dari tiga bulan, perempuan dengan tiga melati di bahu itu mengamati pola
pemeliharaan hubungan antara polisi dan polisi masyarakat. Dugaan-dugaan serta
data penelitian disampaikan secara gamblang.
Juansih juga
memaparkan semua permasalahan secara perlahan. Lalu, dugaan-dugaan yang
tercantum di disertasinya. Termasuk pengungkapan masalah yang ditemui di
lapangan. Dia juga mampu menjawab semua pertanyaan yang disampaikan dosen
penguji kepadanya. Semua terjawab dengan baik. Juansih pun mendapat predikat cum
laude.
Keluarga, teman
seprofesi, dan sahabat yang turut menyaksikan ujian pun turut tegang. Mereka
harap-harap cemas dengan hasil ujian yang berlangsung siang itu. Tentu saja doa
mereka panjatkan agar ujian lancar. Juansih tampil prima. Ujian yang dimulai
pukul 13.00 tersebut selesai dengan baik. Enam profesor, salah satunya Prof Dr Anis
Eliyana, menyatakan bahwa Juansih layak menyandang gelar doktor.
Perempuan yang
pada Agustus nanti genap berusia 51 tahun itu yakin hasil karyanya bisa
dipertanggungjawabkan. Dari penelitian tersebut, muncul kesimpulan bahwa diklat
yang digelar kepolisian sangat berpengaruh terhadap terwujudnya stabilitas
keamanan nasional.
Saat ini polrestabes
membentuk polmas di setiap kecamatan. Polmas memiliki beberapa anggota. Mereka
dilatih dalam menghadapi persoalan di masayarakat. Pelatihan dalam bentuk
diklat itu membentuk karakter seorang polmas. Selain itu, hubungan antara polisi
dan polmas semakin harmonis. Keduanya saling mengisi dan memberi informasi.
Koordinasi
dilaksanakan dari waktu ke waktu. Polmas juga memiliki program unggulan untuk
menciptakan keamanan di kampungnya. Polisi bersifat pendamping yang sesekali
memberi masukan kepada mereka. Secara tidak langsung, pola pengamanan swakarsa
dilakukan masyarakat melalui kelompok polmas bersama polisi.
Hubungan yang baik
itu mendukung tugas Polri. Ketika muncul masalah, polmas yang pertama mengambil
peran untuk menyelesaikan. ''Langkah-langkah yang demikian itu sangat
membantu,'' jelas ibu tiga anak itu saat ditemui setelah ujian kemarin.
Artinya, masalah
di tingkat bawah bisa diatasi sejak dini. Dengan begitu, kondisi keamanan terus
stabil. Dari situlah terlihat pengaruh peningkatan sumber daya polmas yang
terlatih terhadap stabilitas keamanan itu ada. ''Itu hasil disertasi yang saya
paparkan,'' ucapnya.
Lulusan Magister
Humaniora Universitas Gadjah Mada tersebut bersyukur jenjang pendidikan yang
ditempuhnya sejak 2012 itu selesai. Kini perempuan kelahiran Majalengka tersebut
resmi menyandang gelar doktor. ''Ini anugerah Tuhan dan doa dari banyak
orang,'' ujar perwira menengah yang pernah menjabat kepala biro logistik di
Polda Jatim itu.
Setelah Juansih menjalani
ujian tersebut, ucapan salam dan selamat mulai berdatangan. Rekan seprofesi,
baik dari Polrestabes Surabaya
maupun Polda Jatim, juga turut mengucapkan selamat. Rasa haru pun terlihat dari
wajah istri Tedi Supriyadi itu. ''Saya senang dan bangga atas prestasi yang
telah tercapai,'' ucapnya.
Bisa jadi, Juansih
merupakan polwan langka di lingkungan Mabes Polri. Sebab, jarang polwan memiliki
gelar doktor. Mereka biasanya selesai di tingkat magister. Banyak faktor yang
menjadi kendala dalam hal pendidikan. Di antaranya, biaya. ''Beruntung, masalah
biaya selalu ada rezeki. Saya pun bisa belajar dengan tenang,'' tutur perempuan
yang hobi olahraga itu.
Dia juga tidak
memiliki ambisi apa pun setelah mendapat gelar tersebut. Bagi dia, menimba ilmu
merupakan kewajiban. Selama masih ada usia, manusia wajib menuntut ilmu. Dasar
itu yang menjadi alasan Juansih untuk melanjutkan belajar ke jenjang S-3. Dia beruntung
karena niat itu didukung keluarga. Termasuk rekan kerja di kepolisian. Jenjang
S-3 pun diselesaikan dalam waktu tiga tahun.
Perempuan yang
kini bertugas di Kabagrenmin Sarpras Polri itu tidak berpuas diri. Dia akan
terus belajar tentang semua hal. Bagi Juansih, ilmu pengetahuan tidak akan
habis. ''Selama masih ada usia, saya akan terus belajar,'' paparnya.
Banyak sahabat
yang bangga atas prestasi yang diraih kemarin. Salah satunya, Kapolrestabes
Surabaya Kombespol Setija Junianta. Dia menilai semangat Juansih dalam menimba
ilmu luar biasa. Pola pikir yang demikian itu seharusnya dicontoh anggota
polisi yang lain. ''Kami sangat bangga dengan langkah dan kinerja yang dia
tempuh,'' katanya.
Sambutan lain juga muncul dari Djoko Suwondo, pengurus
Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat di Kecamatan Rungkut. Dia tidak menyangka
disertasi Juansih mengangkat peran polmas terhadap stabilitas keamanan bangsa.
Hasil disertasi itu secara tidak langsung mengangkat kiprah polmas. ''Ide itu
luar biasa. Kami sangat tersanjung dengan pemikirannya,'' ucapnya. (http://www.jawapos.com)
Komentar
Posting Komentar