Brigadir Dedi, Polisi Sekaligus Dai Berprestasi


Halaman 1 dari 2
Brigadir Dedi, Polisi Sekaligus Dai BerprestasiFoto: Istimewa
Di Desa Surenlor, Kecamatan Bendungan, Trenggalek, Dedi Mahendra Sukma, dikenal sebagai polisi. Tetapi di daerah itu, Dedi juga dikenal sebagai dai. Begitulah Brigadir Dedi, polisi sekaligus dai.

Menjadi seorang polisi memang menjadi cita-cita Dedi, tetapi menjadi dai, itu sesuatu yang mengikuti. Ini cerita bagaimana perjalanan pria 27 tahun dan satu anak ini menjadi polisi sekaligus dai.

"Dulu ilmu agama saya rendah. Setelah jadi polisi, baru mendalami agama," ujar Dedi kepada detikcom pekan lalu.

Dedi yang berasal dari Kediri ini bercerita, semua berawal saat ia mengemban pendidikan polisi di Sekolah Polisi Negara (SPN) Mojokerto di pertengahan tahun 2007. Kepala Sekolah SPN saat itu dijabat oleh Kombespol Edi Sumantri. Salah satu program Edi adalah mengirim anak didiknya nyantri ke Pondok Pesantren (Ponpes) Tambak Beras di Jombang.

Saat nyantri itulah, Dedi merasa menikmati. Tak sadar, ilmu agamanya pun bertambah. Makin menikmati karena ilmu agama yang dipelajarinya juga dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dedi menjalani sekolah polisi selama enam bulan. Dia lulus awal tahun 2008. Meski singkat, pendidikannya selama di Mojokerto sangat berkesan.

Brigadir Dedi, Polisi Sekaligus Dai BerprestasiFoto: Istimewa

Lulus sekolah polisi, Dedi ditempatkan di Polwil Kediri. Saat berada di masjid Polwil Kediri, Dedi berkenalan dengan seorang imam yang berasal dari Ponpes Lirboyo, Kediri. Rasa haus Dedi akan ilmu agama ia teguk dari imam tersebut. Selain belajar, di bawah bimbingan imam itu, Dedi aktif ikut kajian agama yang digelar oleh Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) di Kediri.

"Belajar agama saya di Kediri selama dua tahun terpaksa berhenti karena saya dimutasikan ke Polres Trenggalek," kenang Dedi.

Di Polres Trenggalek, Dedi bertugas di Satuan Sabhara. Lagi-lagi dahaga Dedi akan ilmu agama terpuaskan lagi. Dedi bertemu dengan Ustaz Anang Wahid dan Ustaz Rochmat MN. Yang disebut terakhir adalah takmir Masjid Taqwa. Kebetulan kos Dedi tak jauh dari masjid tersebut.

Yang diingat oleh Dedi dari mereka adalah pesan mereka yang memantapkan Dedi untuk terus belajar ilmu agama, sekaligus terus jadi polisi. Pesan itu adalah, polisi bisa jadi ustaz, namun ustaz belum tentu bisa jadi polisi. Dari hasil belajar selama mengikuti kajian agama Ikadi, Dedi memberanikan diri memberikan kuliah tujuh menit (kultum) di Masjid Taqwa. Dedi diberikan kesempatan oleh dua ustaz tersebut. Itu terjadi di tahun 2011.

"Tiga hari sekali kasih kultum," kata Dedi.

Awalnya Dedi memberi kultum menggunakan baju muslim. Tetapi selanjutnya, Dedi memberikan kultum sambil mengenakan seragam polisi. Dari situ, banyak yang tertarik. Banyak masjid yang akhirnya memberi jadwal kultum kepada Dedi. Dua tahun berada di Satuan Sabhara yang lebih banyak bertugas di lapangan, Dedi kemudian dipindah ke Bagian Sumber Daya (Sumda) yang notabene lebih banyak berada di balik meja.

Saat di sumda inilah Dedi memberanikan diri menjadi khatib Salat Jumat di Masjid Polres Trenggalek. Selain itu, Dedi pada akhirnya diberi kesempatan memberi ceramah dalam bentuk pengajian. Cukup rutin Dedi menjadi khatib dan memberi pengajian.

Brigadir Dedi, Polisi Sekaligus Dai BerprestasiFoto: Istimewa

Di luar kegiatannya, Dedi juga berprestasi. Pada Ramadan tahun lalu, Dedi berhasil menyabet juara I Dai Kamtibmas di Polres Trenggalek. Prestasi itu membuatnya diumrahkan oleh Kapolres Trenggalek AKBP Made Agus Prasatya. Prestasi itu juga membawanya menjadi peserta Dai Kamtibmas di tingkat Polda Jatim mewakili Trenggalek. Dan hasilnya adalah Dedi berhasil mengalahkan 39 peserta dari polres lain. Dedi menyabet juara I Dai Kamtibmas Polda Jatim.
(dtc)

Komentar

Selamat pagi...